Denmark Wajibkan Anak Usia 6–16 Tahun Ikuti Kelas Empati Mingguan, termasuk Mengajarkan Kepedulian pada Hewan
Bayangkan jika setiap anak di sekolah tidak hanya diajarkan cara berhitung dan menghafal, tetapi juga belajar memahami perasaan, menghargai hidup, dan berempati terhadap sesama makhluk hidup. Pendidikan empati bukan sekadar nilai tambahan, melainkan fondasi penting dalam membentuk generasi yang peduli terhadap manusia, hewan, dan lingkungan.
Selama ini, sistem pendidikan kerap menekankan kecerdasan akademik sebagai tolok ukur keberhasilan. Padahal, kepedulian dan empati juga dapat—dan seharusnya—diajarkan. Dari empati lahir kasih, dan dari kasih tumbuh rasa tanggung jawab terhadap hewan, alam, serta kehidupan di sekitar kita.
Apa Itu Pelajaran Empati?
Beberapa negara telah lebih dulu menyadari pentingnya pendidikan empati. Di Denmark, anak-anak usia 6 hingga 16 tahun mengikuti kelas empati setiap minggu. Menurut laporan The Local Denmark (2016), dalam kelas ini anak-anak belajar untuk mendengarkan tanpa menghakimi, memahami perasaan orang lain, serta bersikap lembut dan peduli—termasuk terhadap hewan.
Tujuan utama pelajaran empati adalah menumbuhkan kemampuan sosial, rasa saling menghargai, dan kesadaran bahwa setiap makhluk hidup memiliki nilai. Nilai-nilai ini menjadi bekal penting bagi anak dalam menghadapi kehidupan bermasyarakat di masa depan.
Tidak Ada Ujian, Tidak Ada Nilai
Berbeda dengan mata pelajaran akademik, kelas empati tidak diukur melalui tes atau ujian. Fokusnya bukan pada kompetisi, melainkan pada koneksi emosional dan rasa aman. World Economic Forum (2018) menyatakan bahwa anak-anak belajar lebih baik ketika mereka merasa diterima, dipahami, dan aman secara emosional.
Pendekatan ini membantu anak mengembangkan empati secara alami, bukan karena tuntutan nilai, tetapi karena kesadaran dan pengalaman langsung dalam berinteraksi dengan sesama.
Inisiatif Sekolah Ramah Hewan di Indonesia
Di Indonesia, kesadaran akan pentingnya pendidikan empati dan kesejahteraan hewan mulai tumbuh. Salah satu langkah nyata dilakukan oleh JAAN Domestic Indonesia melalui Animal Welfare Indonesia (AWI) dengan meluncurkan program “Sekolah Ramah Hewan” pada Agustus 2025. Program ini menjadi upaya awal untuk memperkenalkan nilai empati, kasih sayang, dan kesejahteraan hewan di lingkungan pendidikan.
Inisiatif ini menunjukkan bahwa pendidikan empati bukan hal yang mustahil diterapkan di Indonesia, asalkan ada kolaborasi antara sekolah, orang tua, dan organisasi masyarakat sipil.
Bayangkan Jika Pendidikan Empati Menjadi Kurikulum
Bayangkan jika di setiap sekolah terdapat pelajaran “Empati terhadap Hewan dan Lingkungan”. Anak-anak akan tumbuh menjadi individu yang peka terhadap perasaan orang lain, peduli pada alam, dan lembut terhadap hewan. Empati bukan hanya diajarkan, tetapi diteladankan sejak dini melalui praktik sehari-hari.
Sudah saatnya pendidikan di Indonesia tidak hanya mencetak anak yang pintar, tetapi juga generasi yang berbelas kasih. Kita bisa memulainya dari langkah kecil—mengajarkan empati di rumah dan sekolah, menanamkan rasa sayang terhadap hewan, dan menjadikan kepedulian sebagai budaya bersama.
Pendidikan empati adalah investasi jangka panjang bagi masa depan yang lebih manusiawi dan berkeadilan bagi semua makhluk hidup.


Comments
Post a Comment